PT Proven Force Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact

Teknologi Digital Mampu Kurangi Tingkat Pengangguran

8/3/2018

Comments

 
Picture
​JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital dapat memberi peluang pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia. Namun, pemerintah harus bersungguh-sungguh menyiapkan sumber daya manusia agar teknologi tidak menaklukkan manusia dan menambah jumlah pengangguran. Perubahan kurikulum berbasis ekonomi digital pada sekolah vokasi termasuk upaya yang dapat dilakukan.

Dalam berita Kompas (15/12), penurunan tingkat pengangguran dari 11,2 persen pada 2005 menjadi 5,3 persen pada Februari 2017 dianggap belum menunjukkan kondisi lapangan kerja yang baik dan layak. Tingkat pengangguran anak muda juga dinilai masih tinggi dengan persentase sebesar 19,4 persen.

Anak muda yang tidak bekerja dan tidak mengikuti pendidikan atau pelatihan persentasenya 23,2 persen. Anak muda yang dimaksud di sini adalah kelompok usia 15-24 tahun. Hal itu dilaporkan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) melalui Laporan Ketenagakerjaan Indonesia 2017 yang dirilis pada Rabu (14/12).

Pada 2016, BPS mencatat ada 12,17 juta orang lulusan SMK yang bekerja di berbagai sektor, baik formal maupun informal dari total 118,4 juta pekerja. Jumlah pekerja lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan diploma I-III dan lulusan universitas (S1). Pekerja lulusan diploma I-III hanya berjumlah 3,41 juta orang, sementara pekerja lulusan universitas berjumlah 11,08 juta orang.

Menurut data yang dirilis oleh BPS, indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (IP-TIK) di Indonesia termasuk rendah karena baru memperoleh nilai 4,34 untuk skala 0-10 pada 2016. Meski demikian, indeks itu meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,88.

Secara internasional, peringkat Indonesia untuk IP-TIK juga masih rendah. Saat ini, Indonesia berada pada peringkat ke-111 dari 176 negara yang dihitung IP-TIK-nya. Adapun negara-negara yang dihitung indeksnya adalah Denmark, Swiss, Korea Selatan, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, dan lain-lain.

Menurut peringkatnya, indeks yang dimiliki Indonesia masih berada di bawah Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Indonesia hanya mengungguli Kamboja, Myanmar, dan Timor-Leste.

Peluang
Digitalisasi seolah terjadi di berbagai sektor. Hal positif yang diberikan oleh teknologi digital kemudahan dan kecepatannya untuk memperoleh atau memproduksi sesuatu. Sementara itu, hal yang dikhawatirkan adalah apabila kelak, di sektor industri ataupun usaha, tenaga manusia itu digantikan oleh robot atau benda lain yang menggunakan kecerdasan buatan.

Ervin AP Widodo, ekonom dari Indonesian Competitiveness and Economic Development, beranggapan, tenaga kerja manusia itu masih dibutuhkan meski digitalisasi tengah berlangsung. ”Akan ada suatu masa di mana nanti semua industri itu beralih ke teknologi dan menggunakan robot. Namun, manusia tetap diperlukan dalam industri,” kata Ervin.

Ervin menjelaskan, syarat yang harus dipenuhi agar manusia tidak takluk dengan teknologi, kecerdasan buatan, atau robot adalah kemauan manusia meningkatkan pengetahuan dan keahlian, serta sikapnya dalam bekerja.

Pengetahuan dan keahlian terus ditingkatkan supaya manusia itu bisa memiliki kuasa terhadap teknologi digital. Menurut Ervin, manusia nantinya akan menjadi pengawas-pengawas dari berbagai teknologi yang digunakan dalam industri. ”Manusia tidak lagi memikirkan bagaimana mengoperasikan alat, tetapi lebih pada membuat sistem pengoperasian dari suatu aktivitas produksi supaya lebih efisien,” kata Ervin. ”Alatnya sudah ada. Tinggal bagaimana mereka mau bikin rantai kerjanya.”

Menurut Ervin, hal yang paling khas dari manusia itu adalah sikap kerja. Bagi dia, itu hal yang paling penting dalam pekerjaan dan membedakan manusia daripada mesin atau teknologi. ”Robot, mesin, atau teknologi itu kan tidak punya akal,” kata Ervin.

”Manusia punya akal dan bisa terus membuat pertanyaan ’kenapa’, supaya bisa melakukan inovasi. Itu yang tidak bisa dilakukan oleh teknologi. Saya mengharapkan, teknologi itu sebagai kendaraan. Motornya tetap manusia,” ujar Ervin. (DD16)

​Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Kompas 15 Desember 2017
Comments

    Up coming Events

    Latest News

    Categories

    All

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact