PT Proven Force Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact

Pendelegasian

8/15/2018

Comments

 
Picture
​Ada kalanya persaingan yang ketat memaksa kita untuk bergerak cepat dan dinamis dalam bekerja dan berinovasi, hal ini seolah menuntut kita berada diberbagai tempat dalam waktu yang bersamaan. Namun keterbatasan waktu menyebabkan kita tidak bisa berada diberbagai tempat dalam waktu yang bersamaan, maka agar semua aktivitas pekerjaan tetap dapat berjalan dengan baik kita harus melakukan pendelegasian wewenang kepada pihak lain.

Seorang pemimpin yang baik harus bisa memberikan kepercayaan dan amanah kepada anak buahnya dalam bentuk pendelegasian wewenang.  Dengan adanya pendelegasian  pekerjaan tetap dapat berjalan sesuai target yang ditetapkan, pimpinan tidak menjadi bottle neck bagi aktivitas suatu perusahaan, perusahaan tetap dapat berjalan secara efektif.  Hal ini karena pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil kepada pihak yang menerima pendelegasian tersebut dalam organisasi.

Menurut Manulang (1988), pendelegasian merupakan kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan  tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya.  Menurut Hasibuan pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atas nama delegator.   Hal ini berarti pendelegasian merupakan aktivitas pemberian amanah/mandat dengan melimpahkan sebagian wewenangnya kepada anak buah secara sistematis dan terukur yang dapat dievaluasi. 

Betapa nikmatnya suatu organisasi jika proses pendelegasian dapat terapkan ditempat kerja secara baik dan benar sehingga dapat memberi manfaat yang nyata bagai perusahaan.  Berikut beberapa manfaat dan tujuan pendelegasian yang baik di suatu perusahaan :  
1. Organisasi terus berjalan dengan baik dan stabil.
2. Organisasi terus melakukan inovasi dan pengembangan organisasi
3. Pengembangan organisasi yang sistematis dan testruktur
4. Pengambilan keputusan dilakukan dengan capat
5. Membangun budaya organsasi yang dinamis
6. Terciptanya regenerasi dalam organisasi.

Jaman now dimana kecepatan merupakan bagian dari tantangan perusahaan maka pendelegasian merupakan suatu keniscayaan, namun ternyata proses pendelegasian tidak semudah membalikan telapak tangan.  Banyak hal-hal yang menyebabkan pendelegasian tidak dapat berwujud secara optimal.  Berikut terdapat beberapa hal yang menyebabkan pendelegasian tidak berjalan secara optimal :

1. Tidak adanya trust dari atasan kepada penerima delegasi
2. Ego pimpinan yang tidak ingin pekerjaannya didelegasikan
3. Kurangnya kemampuan yang dimiliki oleh penerima delegasi
4. Tidak jelasnya objek dan batas-batas pendelegasian
5. Pendelegasian yang tidak diikuti oleh wewenang
6. Pimpinan yang masih sering ikut campur dalam urusan teknis
7. Pendelegasian yang tidak dilengkapi oleh sarana dan prasarana
8. Tidak adanya pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan sumber daya manusia yang terprogram dengan baik. 

Ternyata pendelegasian tidak hanya sekedar memberi mandat, amanah, dan wewenang bagi anak buah untuk mengerjakan sesuatu hal tapi juga merupakan proses pengembangan pegawai, hal ini seperti yang diutarakan oleh Taylor (1993) pendelegasian adalah suatu proses untuk mengembangkan  pegawai anda. 

Maka jika Anda ingin memiliki talent yang baik bagi perusahaan lakukanlah pendelegasian kepada anak buah Anda secara benar dan terukur.

Salam Produktivitas, Profesionalism on hand.

Dr. R. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo edisi 15 agustus 2018
Comments

Produktivitas Kerja

8/14/2018

Comments

 
Picture
​Siapa yang tidak mengenal kedigjayaan Toyota, sebuah merk mobil asal negeri matahari terbit yang brand image nya telah mendunia bahkan mampu mengalahkan hegemoni kerajaan mobil Eropa dan Amerika yang sebelumnya menguasai industri mobil di Asia.   Meskipun saat ini industri mobil Cina dan Korea mulai bangkit dan berusaha ikut dalam perdagangan internasional namun hal ini belum mampu menggantikan kedigjayaan Toyota sebagai market leader dalam pasar mobil di Asia.

Keberhasilan Toyota menguasai industri otomotif tentunya tidak lepas dari upaya mereka melakukan efsiensi disegala bidang khusus nya dalam proses produksi yang mereka lakukan.  Mereka berupaya meminimaliasi proses produksi serta mengoptimalisasi peluang-peluang yang ada secara bersamaan sehingga produktivitas kerja menjadi lebih optimal.  Maka mereka pun menerapkan konsep just in time yang merupakan suatu metode efisiensi produksi dengan menghilangkan aktivitas-aktvitas produksi yang tidak meliki manfaat secara langsung.    

Menurut Hansen & Mowen (2000) Just In Time merupakan suatu usaha yang terus menerus mencapai produktivitas perusahaan dengan menghapuskan kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah (Nonvalue-added activities).  Sedangkan Blocher, Chen, & Lin ( 2000) menambahkan bahwa sistem Just In Time merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan dan suku cadang dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap tahap produksi. 

Dalam kaitannya dengan produktivitas kerja menurut Hansen & Mowen (2000) Just In Time (JIT) memiliki dua tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan keuntungan dan untuk memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan mengontrol biaya - biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan keuntungan), memperbaiki kinerja pengiriman, dan meningkatkan kualitas.  Sedangkan menurut Hilton, Maher, Selto (2003) dalam kaitan yang sama Just in time adalah “The objective of just – in - time (JIT) processes is to purchase, make, and deliver services and products just when needed.”  Dapat diartikan bahwa tujuan dari proses Just in time (JIT) adalah untuk membeli, membuat dan memberikan jasa dan produk hanya ketika dibutuhkan.   

Toyota telah membuktikan bahwa penerapan metode Just in Time mampu meningkatkan produktivitas kerja mereka dan efisiensi di segala bidang, maka menurut Agus Ristono (2010) mengemukakan bahwa beberapa sasaran utama yang ingin dicapai dari sistem produksi JIT adalah sebagai berikut : 
1. Mereduksi scrap dan rework
2. Meningkatkan jumlah pemasok yang ikut JIT
3. Meningkatkan kualitas proses industri (orientasi zero defect)
4. Mengurangi inventori (orientasi zero inventory).
5. Mereduksi penggunaan ruang pabrik.
6. Linearitas output pabrik (berproduksi pada tingkat yang konstan selama waktu tertentu).
7. Mereduksi overhead
8. Meningkatkan produktivitas total industri secara keseluruhan. 

Penerapan metode just in time membutuhkan sinergi dalam segala bidang yang berkaitan dengan proses produksi suatu barang tersebut, penerapan just in time memerlukan pendekatan menyeluruh yang tersistematis dari hulu (pengiriman barang oleh suplier) hingga ke hilir (terdistribusi ke konsumen).  Maka dalam hal ini menurut Hansen & Mowen (2000) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar Just In Time (JIT) : pengaruh persediaan barang, struktur tata letak pabrik (layout), pengelompokan dan pemberdayaan karyawan, adanya gugus kendali mutu, serta otomatisasi penggunaan mesin yang ada.

Penerapan just in time membutuhkan koordinasi yang kuat antar pihak marketing, perencanaan produksi, gudang bahan baku, bagian produksi, hingga bagian distribusi agar barang yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan yang diminta pelanggan dan tidak adanya penumpukan barang (mentah dan Jadi) di gudang.

Semakin baik proses produksi menggunakan metode just in time maka semakin efektif proses produksi yang ada, sehingga hal ini akan semakin meningkatkan peluang produktivitas kerja suatu perusahaan.

Salam Produktivitas, Professionalism on hand.


Dr. R. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo,  8/8/18, hal. 20.
Comments

Hebat Karena Pelatih

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Franz Bekebauer, Roberto Dunga, dan Didier Deschamps adalah figur yang luar biasa karena mereka mampu mengabdikan trofi juara dunia sepak bola untuk negara nya masing-masing dalam momen dan peran yang berbeda.  Pada masanya masing-masing mereka pernah menjadi pemain bersama rekan-rekannya memenangkan juara dunia sepak bola, dan di masanya yang berbeda mereka pun masing-masing pernah menjadi pelatih yang membawa timnas nya menjadi juara dunia sepak bola.

Tidak ada pemain bola hebat tanpa bimbingan dari seorang pelatih (coach)  yang handal, karena ditangan sang pelatih inilah seorang pemain mampu mengeluarkan bakat dan keahlian dibidang nya seoptimal mungkin.  Seorang coach harus mampu melihat segala potensi (talenta) yang dimiliki oleh pemain nya, mengajari dan mengarahkan mereka untuk bekerja seoptimal mungkin agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 

Sehebat-hebatnya seorang pemain bola dia tidak mampu melihat dirinya sendiri ketika dia sedang membawa bola sehingga seringkali aktifitas yang ia lakukan belum optimal untuk mencapai tujuan maka dalam hal ini diperlukan seorang coach dalam mengarahkan yang bersangkutan untuk bisa bekerja dan memanfatkan peluang yang lebih baik lagi. Begitu pun juga dengan seorang coach dalam suatu perusahaan, ia harus mampu berperan untuk mengarahkan bawahannya agar bekerja lebih optimal dan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.

Dalam suatu perusahaan, seorang pemimpin berperan sebagai seorang pelatih (coach) yang mana ia harus dapat meng coaching anak buah nya agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki untuk bertindak seoptimal mungkin hingga tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Peterson dan Hicks (2012), coaching adalah membekali orang dengan peralatan, pengetahuan dan kesempatan yang mereka perlukan untuk mengembangkan dirinya dan untuk menjadi lebih efektif.  Selain itu menurut Bresser dan Wilson dalam Kaswan menjelaskan bahwa coaching merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya, membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.  Sedangkan menurut Stones (2007) coaching adalah proses dimana individu mendapatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan diri secara professional dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

Selanjutnya menurut Whitmore (2008), coaching adalah pembinaan yang membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri, yang membantu mereka untuk belajar dari pada mengajar mereka.  Hal ini diperkuat oleh Jaques dan Clement (1994), yang menyatakan bahwa coaching adalah percakapan terstruktur yang menggunakan informasi tentang kinerja yang nyata antara seseorang atasan dengan seorang individu (atau tim) yang menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.

 Siapakah coach yang paling baik bagi suatu perusahaan, hal ini sama dengan suatu kesebelasan dimana seorang coach (pelatih) dapat diambil dari luar kesebelasan tersebut. Namun bagi suatu perusahaan seorang coach akan lebih baik jika diambil dari dalam organisasi tersebut, bukan hanya berasal dari luar organsiasi tersebut karena seorang coach yang diambil dari dalam organisasi secara internal diharapkan dia lebih mengetahui sistem dan budaya organisasi yang telah ada serta dia mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh sumberdaya internal organisasi tersebut. 

Aktifitas coaching memiliki berbagai manfaat bagi organisasi maupun individu yang ada didalamnya. Bagi organisasi, akan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan kehandalan dibidangnya masing-masing. Adapun bagi individu (yang di coaching) yang bersangkutan akan mengetahui potensi yang ia miliki, mengetahui tujuan dan target yang harus ia lakukan serta mampu mengoptimalkan potensi yang ada untuk mencapai tujuan tersebut (organisasi).

Seorang pemimpin yang ia pun adalah seorang coach dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut dalam memberikan coaching kepada anak buahnya :
1. Memberi feed back positif kepada anak buahnya atas potensi yang mereka miliki dan keahlian yang dapat mereka andalkan;
2. Memberi feed back negatif kepada anak buahnya jika masih ada beberapa hal kekurangan yang dimiliki oleh anak buahnya;
3. Memastikan anak buahnya bisa memahami keunggulan dan kekurangan yang mereka miliki;
4. Menjelaskan harapan dan tujuan organisasi kepada anak buahnya secara jelas; 
5. Mendorong pemanfaataan potensi dan sumberdaya yang dalam dalam pencapaian kesuksesan organisasi;
6. Mengevaluasi kinerja dan pencapaian tujuan yang telah di capai anak buahnya.

Jadilah seorang pemimpin sekaligus menjadi coach yang baik dalam organisasi sehingga mampu membawa organisasi dalam kesuksesannya.

Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 25 Juli 2018, hal 15.
Comments

Prinsip Prinsip Penjualan Personal

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Ayah saya yang saat ini telah berusia 74 tahun suatu hari membanggakan dirinya karena baru saja belanja  di toko online, dengan senangnya ia memamerkan bahwa ia tidak kalah dengan kids jaman now dalam berbelanja, ia malah menertawakan saya yang masih sibuk menghabiskan waktu untuk antre dalam kemacetan demi mencapai toko tujuan.   “Gimana sih kok gak kekinian ??...” Katanya pada saya.

Derasnya arus digitalisasi memang telah merubah berbagai tatanan bisnis yang ada termasuk aktivitas pemasaran didalamnya.  Namun apakah semua orang telah beralih dalam bentuk digital dalam mencari suatu produk nya ?  Apakah semua perusahaan telah meninggalkan aktivitas personal selling dalam memasarkan produk nya.  Ternyata tidak benar juga, karena berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh ICED Institute terhadap 1.000 orang diawal tahun 2018 terhadap perilaku belanja seseorang menyatakan 28% mendapatkan penawaran suatu produk dari sosial media sedangkan 30% dari iklan di media konvensional, 23% dari personal selling, 19% lain-lain.  Disini terlihat bahwa selain dipengaruhi oleh sosial media dan iklan melalui media konsvensional, 23% orang membeli suatu barang karena pengaruh aktivitas personal selling.

Menurut Kotler & Keller (2012), Personal selling  , “face to face interaction with one or more prosepective purchasers for the purpose of making presentations, answering questions, and procuring orders”.   Personal selling merupakan proses tatap muka interaksi dengan satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan mengadakan pesanan.  Adapun menurut Terence A.Shimp (2010:281)  personal selling adalah suatu bentuk komunikasi orang perorangan dimana seseorang wiraniaga berhubungan dengan calon pembeli dan berusaha mempengaruhi agar mereka membeli produk atau jasanya. Adapun menurut Tjiptono (2000:224), Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan membetuk pemahaman terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba membelinya.

Ditengah derasnya arus digitalisasi disegala bidang aktivitas personal selling tetap menjadi hal yang penting bagi dalam pemasaran, hal ini seperti yang diutarakan oleh Kotler dan Keller (2016) akan tujuan dari personal seling :
1. Mencari calon pelanggan, yaitu mencari calon pelanggan atau petunjuk.
2. Menentukan sasaran, yaitu memutuskan metode mengalokasikan waktu antara calon pelanggan dan pelanggan lama.
3. Mengomunikasikan, yaitu menyampaikan informasi mengenai produk dan jasa perusahaan.
4. Menjual, yaitu mendekati, mempresentasikan, menjawab pertanyaan, mengatasi keberatan, dan menutup penjualan.
5. Melayani, yaitu menyediakan serangkaian pelayanan kepadakonsumen, menerima konsultasi berbagai probelmatika, memberi beragam bantuan yang sifatnya teknis, mengelola pembiayaan, serta pada akhirnya melakukan delivery.
6. Mengumpulkan informasi, yaitu menyelenggarakan penelitian atau riset pasar serta melaksanakan aktivitas-aktivitas intelijen.
7. Mengalokasikan, yaitu mengambil keputusan terkait pelanggan yang berhak memperoleh produk ketika terjadinya kelangkaan akan produk.
Meskipun gempuran digital marketing terus menjadi-jadi namun kegiatan personal selling tetap menjadi salah satu ujung tombak penjualan bagi perusahaan karena dalam beberapa hal tertentu pendekatan ini tetap dibutuhkan terutama dalam penjualan produk yang memiliki spesifikasi tehnologi tinggi, produk dengan keunikan tertentu, produk yang bersifat customize, produk dengan penjelasan tertentu, dan produk dengan pelayanan personal.

Sebenarnya keahlian personal selling terletak pada kemampuan seorang sales dalam menggali pertanyaan-pertanyaan pada calon pelanggannya sehingga ia bisa mengetahui permasalahan yang dihadapi kliennya dan menawarkan sebuah solusi kepada nya.  Maka dalam Kotler dan Keller (2012) dikatakan bahwa para pakar sales memiliki prinsip dalam penjualan dengan nama metode SPIN Questions. 

SPIN merupakan kepanjangan dari Situation questions; seorang sales bertanya dan menggali latar belakan bisnis sang klien, Problem questions; sang sales bertanya terhadap permasalahan-permasalahan yang sering hadapi oleh klien meskipun belum secara detail, Implication question; sang sales belum memberi solusi hanya menjelaskan kepada calon klien bahwa permasalahan yang mereka hadapi sangat serius, dan Need-Payoff question; sang sales mulai memberi gambaran solusi kepada calon klien untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

Masih menurut Kotler dan Keller terdapat enam langkah yang dilakukan oleh seorang sales mulai dari memprospek calon pelanggan hingga melakukan follow-up sang klien.  Ke enam langkah tersebut antara lain; prospecting and qualifying, preapproach, presentation and demostration, overcoming objection, closing, dan follow-up and maintanance.  Ke anam langkah tersebut menjadi langkah wajib seorang personal seling dalam menjual produk dan jasanya.  Personal selling tidak sekedar menjual tapi lebih pada menjalin relasi dan persahabatan meskipun di era digital.
​
Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo,  18 Juli 2018, hal 20.
Comments

Efikasi Diri

8/3/2018

Comments

 
Picture
Dalam berbagai projek seringkali kami diminta untuk melakukan konseling terhadap beberapa karyawan yang ada dalam suatu perusahaan karena semangat, motivasi, dan kinerja nya mengalami perunuran hingga pada batas tertentu mempengaruhi produktivitas kerja nya.

Dalam konseling yang kami lakukan sering kali kami temukan bahwa kinerja mereka rendah  disebabkan oleh self efficacy mereka yang rendah dimana mereka kurang yakin dan kurang percaya diri terhadap potensi yang ia miliki dalam bekerja sehingga berpengaruh terhadap kinerja mereka.  Seringkali mereka adalah karyawan hebat yang memiliki potensi teknis yang besar dibidangnya masing-masing namun karena kurang yakin terhadap potensi yang mereka miliki mengakibatkan mereka tidak mampu mengeluarkan potensi yang mereka miliki.   

Menurut Bandura (1997) menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi dan kondisi tertentu.  Ia pun menambahkan self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkatan performa yang telah terencana, dimana kemampuan tersebut dilatih, digerakkan oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam hidup seseorang.

Adapun Baron & Byrne berpendapat bahwa self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan dan menghasilkan sesuatu.  Sedangkan Santrock (2008) , bahwa Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa saya bisa, dan bantuan merupakan keyakinan bahwa saya tidak bisa.

Masih menurut Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri  pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut dia, efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang ia miliki seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan.

Keyakinan diri seseorang terhadap potensi yang ia miliki mampu menciptakan kepercayaan dirinya dalam bekerja, sehingga ia mampu mengeksplorasi potensi diri, berinteraksi sosial,  serta mewujudkannya dalam bentuk kinerja yang optimal.  Seseorang dengan Self efficacy yang tinggi paham dengan jelas terhadap kekuatan yang ia miliki maupun kelemahan yang ia miliki sehingga ia dapat mengoptimalkan energi nya untuk fokus pada potensi yang ia miliki.

Manurut Albert Bandura setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :
1. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda.
2. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi.
3. Keadaan fisiologis dan emosional : kelelahan, kecemasan, apatis, murung.

Self efikasi seseorang dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, budaya dan lingkungan sosial yang ada, serta pendidikan yang ia terima sejak kecil hingga dewasa.  Self effcacy seseorang dapat dtingkatkan melalui bantuan konseling dari seorang psikolog, sehingga ia “tahu dalam ketahuan nya”.

Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 11 Juli 2018, hal 20.
Comments

Proses Komunikasi Mulut ke Mulut

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Di sebuah rumah makan Padang saya melihat suatu tulisan yang menarik, “Jika Anda puas  beritaukan kepada orang lain, namun jika Anda tidak puas beritahukan kepada kami”.  Ini suatu pesan yang sangat menarik berkaitan dengan kekuatan dari Word Of Mouth (WOM) atau dalam bahasa jawa “getok tular”.

Dalam survey kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh ICED Institute terhadap 500 orang terlihat bahwa pelanggan yang puas akan bercerita secara tatap muka langsung terhadap 3 hingga 5 orang terdekat, sedangkan pelanggan yang tidak puas akan bercerita secara tatap muka langsung lebih dari 7 orang.  Adapun dalam penggunakan sosial media pelanggan yang puas akan langsung mem-posting pengalamannya melalui berbagai fasilitas sosial media yang ia miliki, sedangkan pelanggan yang tidak puas lebih banyak berdiam diri tidak mem-posting apapun dan tidak akan menggunakan produk atau jasa tersebut kembali.

Getok tular atau Word Of Mouth (WOM) merupakan suatu aktifitas penyampaian pesan dari satu orang kepada orang lain atas pengalaman yang ia terima ketika atau setelah ia menggunakan produk dan  jasa dari pihak lain.  Getok tular pun merupakan persepsi individu secara personal atas kepuasan atau ketidak puasan produk atau jasa yang kemudian informasikan kepada pihak-pihak lain untuk menggunakan atau tidak menggunakan produk dan jasa yang ia terima.

Kotler & Keller (2007) mengemukakan bahwa Word of Mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara personal.  Adapun Siverman (2001) berpendapat bahwa komunikasi word of mouth (WOM) merupakan komunikasi interpersonal yang terjadi antara individu satu dengan individu yang lain berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu terhadap suatu perusahaan atau produk baik yang berupa barang maupun jasa.

Word of mouth memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pemasaran karena mampu memberikan keyakinan bagi calon pelanggan dalam menentukan pilihan pembelian.  Hal ini seperti yang diutarakan oleh Kotler & Keller (2007), bahwa saluran komunikasi personal yang berupa ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi metode promosi yang efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen, sehingga konsumen atau pelanggan yang puas dapat menjadi media iklan bagi perusahaan.

Selain mampu menekan biaya pemasaran Word of Mouth memiliki kekuatan besar yang berdampak pada perilaku pembelian konsumen. Karena rekomendasi dari teman yang sudah dipercaya, asosiasi, dan konsumen lain berpotensi untuk lebih dipercaya dibandingkan dari sumber komersil, seperti iklan dan salespeople. Sebagian besar, word of mouth terjadi secara alami, konsumen mulai dengan membicarakan sebuah merek  yang mereka gunakan kepada orang lain. (Kotler & Amstrong, 2012).

Karena sifat nya natural maka tidak mudah melakukan rekayasa terhadap konsumen agar mau melakukan getok tular kepada rekan-rekannya, namun jika hati pelanggan telah “terbeli” maka ia akan melakukan word of mouth secara suka rela tanpa paksaan dan imbalan apapun dari perusahaan.  

Berikut beberapa kiat agar pelanggan mau melakukan word of mouth yang positif dan memberi keuntungan bagi perusahaan, antara lain :
1. Fokus pada kepuasan pelanggan
2. Mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan 
3. Memberikan pelayanan prima
4. Memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan
5. Berempati pada pelanggan dengan membantu dan mencari solusi ketika mereka menghadapi masalah
6. Memberikan perhatian-perhatian kecil pada pelanggan yang membuat mereka merasa dihargai
7. Selalu menjalin relasi dengan pelanggan dalam berbagai kesempatan.

Pelanggan bukan lah sekedar raja tapi juga mitra yang mampu mensiarkan berbagai kebaikan yang kita miliki, menjaga pelanggan berarti menjaga masa depan perusahaan.

Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
Koran Tempo, 4 Juli 2018, hal 20.
Comments

SMART Budgeting

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Ada rasa rindu yang begitu menderu hingga mampu menggerakan jutaan umat manusia untuk ber migrasi masal dari satu tempat menuju tanah kelahiran nya.  Kerinduan yang mampu memberikan kekuatan besar bagi setiap insan untuk melakukan perjalanan panjang yang meletihkan.

Perjalanan panjang spiritual ini biasa kita kenal dengan nama mudik, yang biasanya terjadi satu tahun sekali bertepatan dengan datangnya hari Raya Idul Fitri bagi umat Islam.  Tidak banyak negara yang mempunyai tradisi seperti Indonesia yaitu “mudik” khusus nya menjelang hari raya Idul Firti, mudik sudah menjadi suatu tradisi bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang merantau jauh dari kampung halaman nya.  Dalam Bahasa Jawa, mudik berasal dari kata -"mulih dilik” atau pulang sebentar, sedangkan menurut beberapa sumber mudik berasal dari kata “mulih ka udik” atau pulang ke kampung halaman, maka secara singkatnya mudik dapat dikatakan sebagai aktivitas pulang sebentar ke kampung halaman. 

Dari tahun ketahun jumlah pemudik terus bertambah, menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang dilansir oleh tempo.co mengatakan jumlah kendaraan dalam arus mudik 2018 meningkat secara umum untuk seluruh moda transportasi darat.  Khusus untuk kendaraan sepeda motor, Kementerian memprediksi jumlahnya meningkat 30 persen atau sebanyak 8,5 juta.  

Namun saat ini mudik lebaran telah berkembang tidak hanya bersilaturahmi dengan orang-orang terkasih tapi telah pada vacation and leisure activity, dimana para pemudik setelah bersilaturami dengan orang tua dan sanak family akan melakukan perjalanan menuju tempat-tempat wisata yang lagi nge-hits untuk berfoto bersama, makan-makan, dan lain sebagainya.  Bagaikan gayung bersambut tempat wisata pun segera menawarkan berbagai kegiatan dan venue untuk dikunjungi yang sudah tentu harus berbayar dan merogoh kocek pengunjung lebih dalam lagi.

Maka disinilah penting adanya penganggaran (budgeting) yang cerdas oleh para konsumen dalam membelanjakan uang nya, karena semua uang yang telah dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali sedangkan aktivitas kehidupan tidak hanya pada saat mudik lebaran, masih banyak biaya dan tanggung jawab yang harus dikeluarkan setelah mudik lebaran.

Menurut Munandar (2001) anggaran adalah ”suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit atau kesatuan moneter yang berlaku untuk  jangka waktu yang akan datang.”  Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan (2005) sebagai berikut : “Sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup periode atau tahun dan merupakan alat - alat untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian dalam organisasi.”  Adapun menurut Hansen dan Mowen (2009) sebagai berikut : “Rencana keuangan untuk masa depan, dimana rencana tersebut mengidentifikasikan tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.” 

Mengapa pengangaran belanja itu penting dalam berlibur dan berwisata ? hal ini semata-mata agar setiap orang tidak terjebak dalam hedonisme finansial atau ketidak terkendalian seseorang dalam mengelola uang yang ada untuk dibelanjakan pada hal-hal yang tidak dibutuhkan dan hanya kenikmatan sesaat saja.  Dengan adanya pengangaran yang cerdas (smart budgeting) seseorang mampu mengendalikan dana yang ada sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa yang akan datang. 

Bagaimana cara nya kita melakukan smart budgeting sementara keinginan kita tidak terbatas dan begitu banyak kita dipaparkan oleh penawaran yang menggoda.  Smart budgeting dapat dilakukan dengan cara :

1. Fokus pada jumlah keuangan yang sudah ada saat ini, bukan pada yang kemungkinan akan ada pada suatu hari nanti. 
2. Analisa dan pastikan biaya apa saja yang akan keluar sampai dengan beberapa bulan kedepan.
3. Tentukan kegiatan secara spesifik berdasarkan pada dana yang ada.
4. Tentukan jumlah belanja barang dan jasa secara realistic berdasarkan pada dana yang ada.
5. First thing first, buatlah skala prioritas terhadap kegiatan dan belanja.
6. Lakukan komitmen dan kesepakatan bersama dengan pasangan.

Selamat menikmati perjalanan mudik yang cerdas hingga dapat kembali dirumah dengan selamat dan bahagia.  Selamat lebaran mohon maaf lahir dan bathin.
​
Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
Koran Tempo, 27 Juni 2018, hal 20.
Comments

KECERDASAN SPIRITUAL

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Success is spiritual journey, sukses adalah perjalanan spriritual, sukses bukan hanya suatu perjalanan panjang yang meletihkan dan tiada berujung namun sukses adalah suatu perjalanan panjang dengan berbagai  lika-liku kehidupan yang merupakan bunga-bunga ada di dalam nya.  Rasa letih, bingung, takut, frustasi merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan, hal ini merupakan tantangan yang harus dikelola dalam kecerdasan spiritual sehingga menghasilkan rasa senang, bahagia, syukur dan iklas dalam bekerja dan beraktivitas.

Orang bijak berkata, “untuk dapat diterima ditempat kerja dibutuhkan kecerdasan intelektual, untuk bisa sukses ditempat kerja dibutuhkan kecerdasan emosi, untuk bisa merubah hambatan menjadi peluang dibutuhkan kecerdasan adversiti, sedangkan untuk bahagia ditempat kerja dibutuhkan kecerdasan spritual”.  Kecerdasan spiritual akan mengantar kita dalam rasa syukur dan iklas, mampu berpikir positif dan berjiwa besar atas ketetapan yang maha kuasa.  Kecerdasan spritual akan mengantar dalam kebahagiaan yang hakiki hingga tercipta nya produktivitas kerja. 

Menurut Zohar dan Marshal (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna daripada yang lain.  Adapun menurut Khalil A Khavari dalam Sukidi (2004) mendefinisikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebut nya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya  menuju kearifan, dan untuk mencapai  kebahagiaan yang abadi.   Adapun menurut  Stephen R. Covey (2005) kecerdasan spiritual adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas. 

Manusia hidup dan bekerja tidak lah meknistis semata dengan membanting tulang dan mengejar material, manusia hidup dan bekerja untuk memberi kemaknaan bagi dirinya dan lingkungannya, memberi manfaat serta kemuliaan bagi sesama dalam bingkai spiritualitas.  Hal ini seperti yang utarakan oleh  Tony Buzan (2003) kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara menyeluruh”.

Bagaimanakah kiranya membangun kecerdasan spritual ditempat kerja dan lingkungan ?  Kecerdasan spiritual dapat dibangun dengan cara :

1. Berpikir positif dan berjiwa besar terhadap ketentuan dan ketetapan yang ada.
2. Berpikir secara holistik, menyeluruh dan komprehensif terhadap suatu kejadian permasalahan
3. Mencari hikmah yang tersirat atau terseurat dari suatu hal yang ada.
4. Mensyukuri semua ketetapan yang ada
5. Mengiklaskan semua yang telah terjadi
6. Menempatkan segala suatu hal pada tempat yang tepat.
7. Melibatkan lingkungan dalam kebaikan dan kemuliaan.

Kecerdasan spiritual seseorang berbanding lurus dengan perilaku nya, ia mampu melihat suatu permasalahan dalam lingkup yang luas dalam tataran berpikir positif, ia mampu bersikap dan bertindak secara terarah, santun dan elegan sehingga hal ini memberi manfaat bagi dirinya maupun lingkungan kerja nya.

Selamat mengarungi perjalanan spiritualitas, selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin.
​
Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 6 Juni 2018, hal 20.
Comments

LEISURE ACTIVITY(Pemasaran Industri Jasa)

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Sehari setelah hari Natal tahun 2017 yang lalu saya dan keluarga melakukan perjalanan dari Jakarta ke Lembang yang saat ini menjadi destinasi wisata kekinian dengan banyaknya wisata alam tematik yang manarik bagi kids jaman now serta emak babeh nya. Sebenarnya kalau boleh milih rasa nya malas juga harus melakukan perjalanan ini sebab sudah terbayang kemacetan yang mengular untuk menuju lokasi tersebut.  Tapi semua terbayar ketika tiba dilokasi, karena selain pemandangan nya yang indah permainan yang disuguhkan pun sangat menantang sehingga kids jaman old seperti saya tertantang untuk mencoba nya sambil ber selfie ria.

Kepadatan terjadi dimana-mana, mulai dari jalan menuju lokasi, antrai masuk ke wahana permainan, hingga cepat-cepatan mendapat kursi untuk makan.  Namun di lain pihak menurut informasi dari petugas tiket dalam sehari mereka bisa kebanjiran pengunjung hingga 10.000 orang dihari libur nasional dan akhir pekan.  Dengan harga tiket masuk sebesar Rp. 35.000,-, mereka bisa mendapatkan pemasukan dari penjualan tiket masuk sebesar Rp. 350.000.000,- (hanya tiket masuk).  Angka tersebut cukup besar karena belum termasuk harga yang harus dibayarkan untuk masuk ke berbagai wahana permainan, membeli makanan, minuman, suvenir, hingga oleh-oleh, dan biaya parkir bagi yang membawa kendaraan bermotor.  Sudah tentu ini adalah bisnis yang sangat menjanjikan.

Adapun menurut surat kabar Koran Tempo per tanggal 27 Desember 2017 menuliskan berita bahwa lonjakan jumlah pengunjung di tempat wisata Jakarta seperti Taman Margasatwa Ragunan mentarget 150.000 pengunjung, Taman Impian Jaya Ancol mentargetkan 814.000 pengunjung hingga 1 Januari 2016, dan Taman Mini Indonesia Indah mentargetkan 450.000 pengunjung hingga 1 Januari 2018.  Hal ini sudah tentu mengambarkan industri pariwisata Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.

Menurut data yang yang dilansir oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, industri pariwisata Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan di akhir Oktober 2017 dibanding dengan tahun sebelumnya (2016), kunjungan wisatawan manca negara meningkat 23,55% (dari 9,4 juta menjadi 11,6 juta wisatawan manca negara).  Dan menurut data yang sama saat ini sektor pariwisata ini menjadi ladang devisa ke empat terbanyak bagi negara sebagai pendapatan negara setelah minyak bumi, batu bara, dan kelapa sawit.  

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa industri pariwisata meningkat cukup siginifikan hingga orang mau mengeluarkan uang nya yang banyak untuk bermacet-macet ria di jalan untuk mencapai lokasi.  Banyak faktor memang yang dapat menjadi pengungkit industri wisata meningkat dengan signifikat, namun salah satu faktor yang yang saat ini sedang di gandrungi adalah Leisure Activity yang didukung oleh Digital Revolution dalam pemasarannya.

Industri wisata berbeda dengan industri manufacturing, industri wisata lebih bersifat intanggible yang tidak berwujud secara langsung namun dapat dirasakan keindahan, manfaat, pengalaman dan sensasinya.  Industri wisata lebih bersifat Leisure Activity, yang merupakan bentuk aktivitas yang menyenangkan dan dilakukan diwaktu senggang.  Kegiatan dalam Leisure Activity menawarkan suatu pengalaman, sensasi, imajinasi, tantangan, hingga cerita yang hanya dimiliki oleh masing-masing pelaku yang ada didalamnya.  Adapun nilai investasi dalam leisure activity ini berbeda-beda tergantung dengan pengalaman yang didapat, kebanggaan, dan keuntungan yang diperoleh masing-masing user.  

Dalam Leisure Activity pelanggan bisa merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk makan sepiring bebek goreng di pinggir sawah, berfoto di ayunan di atas pohon hutan pinus, atau naik mobil jeep menyusuri lereng erupsi gunung merapi dibawah terik matahari.  Mereka mau melakukan hal itu semua karena mereka mengejar sensasi, pengalaman baru, cerita, hingga mendapat pengakuan dari lingkungan bahwa mereka bagian dari kekinian.

Saat ini diera digital telah terjadi revolusi dalam pemasaran, pemasaran tidak lagi dilakukan oleh armada pemasaran yang dimiliki oleh tempat tujuan wisata, namun pemasaran telah dilakukan secara langsung oleh para pengunjung itu sendiri melalui sosial media yang mereka miliki.  Setiap kali jalan sama teman-teman maka berfoto, naik andong berfoto, nonton tari berfoto, bengong dipinggir pantai berfoto, mau makan berfoto, semua aktivitas tidak lengkap jika tida berfoto yang kemudian diakhiri dengan meng up load melalui sosial media yang mereka miliki.  Hal ini merupakan keuntungan bagi industri pariwisata karena sosial media memiliki daya multiplier efek yang sangat besar ketika masing-masing saling berbagi.  

Memasarkan produk jasa sangat berbeda dengan produk manufacturing karena pada produk jasa yang dijual lebih pada pengalaman, sensasi, cerita, manfaat hingga imajinasi yang didapat dari produk tersebut.  Barang dan lokasi yang ditawarkan boleh sama namun sensasi dan pengalaman yang diberikan berbeda maka nilai kepuasannya pun berbeda, sehingga harga yang ditawarkan pun akan berbeda.  Maka menurut Pendit (1994) terdapat unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi hal-hal sebagai berikut : (1) akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara, (2) jasa Boga dan Restoran, industri jasa di bidang penyelenggaraan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial, (3) transportasi dan jasa angkutan, industri usaha jasa yang bergerak di bidang angkutan darat, laut dan udara, (4) atraksi wisata, kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan atau pengunjung, (5) cinderamata (souvenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk dibawa oleh wistawan pada saat kembali ke tempat asal, (6) biro perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari berangkat hingga kembali.

Saat ini hanya dalam hitungan hari umat muslim akan merayakan hari raya Idul Fitri yang sudah tentu akan diikuti dengan aktivitas mudik bareng ke kampung halaman masing-masing. Aktivitas mudik tidak hanya untuk bersilaturahmi  dengan sanak saudara di kampunh halaman tapi juga aktivitas jalan-jalan, piknik dan liburan. 

Selamat bersiap mudik yang indah, jaga fisik dan kendaraan, serta jangan lupa ber foto-foto ria. 

Bela pariwisata Indonesia, Beli wisata Indonesia.

Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 30 Mei 2018, hal 20
Comments

Adversity Quotient

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Masih teringat dengan jelas dalam ingatan saya dua puluh delapan tahun yang lalu ketika saya mendaki Gunung Kinabalu (4,095 mdpl) Sabah, Malaysia, ... begitu dingin angin berhembus, begitu terjal batu-batu yang harus didaki, namun alhamdulillah  dengan segala keletihan dan kesabaran akhirnya sampai juga saya di puncak tertinggi dari gunung tersebut.
Mendaki gunung itu bagaikan menjalankan bisnis perusahaan dan menyelesaikan studi paska sarjana, banyak tantangan dan gangguan nya, namun jika kita memiliki jiwa kecerdasan  adversity hal ini dapat terselesaikan.
Kecerdasan adversity ( Adversity Quotient)  merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam bentuk semangat yang tinggi dalam menghadapi tantangan dan merubah nya menjadi peluang.  Adapun menurut Leman (2007), adversity quotient adalah kemampuan individu dalam menghadapi masalah. Sedangkan menurut Putra (2008) adversity quotient adalah ketahanan individu terhadap kegagalan.  Hal ini diperkuat oleh Stoltz (2000) yang mendefinisikan adversity quotient sebagai kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan.
 
Peran Adversity quotient (AQ) sangat penting dalam mencapai tujuan hidup atau memperhatankan visi seseorang, Adversity quotient (AQ) digunakan untuk membantu individu memperkuat kemapuan dan ketekunannya dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari, sambil tetap berkembang pada prinsip dan impian yang menjadi tujuan.
Selain itu, Adversity quotient (AQ) dapat pula meramalkan siapa yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan saat menghadapi suatu kesulitan. Dalam konsep Adversity quotient (AQ), hidup diumpamakan sebagai suatu pendakian. Kesuksesan adalah sejauh mana individu terus maju dan menanjak, terus berkembang sepanjang hidupnya meskipun berbagai kesulitan dan hambatan menjadi penghalang (Stolzt,2000).
Menurut Stolzt, terdapat tiga tipe kepribadian manusia dalam adversity quotient yang digambarkan seperti orang mendaki gunung, antara lain :
1. Quitters; merupakan tipe kepribadian yang paling dasar dalam adversity quotient, dimana digambarkan seseorang yang mengeluh dan menyerah pada awal pendakian nya.  Belum melakukan pendakian namun sudah menyatakan bahwa dirinya tidak mampu, tidak kuat, dan yang ia hadapi adalah hal-hal yang mustahil, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyerah di awal perjalanannya.
2. Campers; merupakan tipe kepribadian kedua dalam adversity quotient yang menggambarkan sikap mental seseorang yang cepat merasa puas hingga memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.  Orang dengan tipe ini awal nya akan ikut dalam perjalanan namun dalam titik tertentu dia memilih berhenti untuk memasang "tenda", dan tidak melanjutkan perjalanan lagi karena ia merasa kebutuhannya sudah cukup terpenuhi atau tidak memiliki mental yang kuat untuk menghadapi tantangan-tantangan baru.
3. Climbers; merupakan tipe ke tiga dalam adversity quotient, ini merupakan tipe kepribadian yang selalu haus akan tantangan dan pencapaian-pencapaian baru yang lebih tinggi.  Orang dengan tipe ini tidak pernah merasa puas dengan pencapaian yang telah ia dapatkan, ia akan terus bergerak untuk menyelesaikan tantangan dan pencapaian baru.
Dari ketiga tipe kepribadian tersebut sudah tentu tipe kepribadian climbers lah yang akan sukses di tempat kerja, organisasi, maupun nilai akademik nya di perguruan tinggi.  Seseorang dengan tipe kepribadian inilah yang akan menjadi lokomotif bagi organisasi dan perusahaan yang ia pimpin karena ia selalu tertantang dengan pencapaian-pencapaian baru yang lebih tinggi dan mulia bagi dirinya dan lingkungannya.
Jadilah seorang climbers yang selalu bergerak dan mengejar impian-impian besar.  Akhiri yang sudah kita mulai dengan sebaik-baik nya.
Selamat kepada para climbers yang telah sampai di titik puncak tertinggi, dan lanjutkan dalam pendakian berikut nya.
​
Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 23 Mei 2018, hal 16.
Comments
<<Previous
Forward>>

    Up coming Events

    Latest News

    Categories

    All

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact