PT Proven Force Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact

Hebat Karena Pelatih

8/3/2018

Comments

 
Picture
​Franz Bekebauer, Roberto Dunga, dan Didier Deschamps adalah figur yang luar biasa karena mereka mampu mengabdikan trofi juara dunia sepak bola untuk negara nya masing-masing dalam momen dan peran yang berbeda.  Pada masanya masing-masing mereka pernah menjadi pemain bersama rekan-rekannya memenangkan juara dunia sepak bola, dan di masanya yang berbeda mereka pun masing-masing pernah menjadi pelatih yang membawa timnas nya menjadi juara dunia sepak bola.

Tidak ada pemain bola hebat tanpa bimbingan dari seorang pelatih (coach)  yang handal, karena ditangan sang pelatih inilah seorang pemain mampu mengeluarkan bakat dan keahlian dibidang nya seoptimal mungkin.  Seorang coach harus mampu melihat segala potensi (talenta) yang dimiliki oleh pemain nya, mengajari dan mengarahkan mereka untuk bekerja seoptimal mungkin agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 

Sehebat-hebatnya seorang pemain bola dia tidak mampu melihat dirinya sendiri ketika dia sedang membawa bola sehingga seringkali aktifitas yang ia lakukan belum optimal untuk mencapai tujuan maka dalam hal ini diperlukan seorang coach dalam mengarahkan yang bersangkutan untuk bisa bekerja dan memanfatkan peluang yang lebih baik lagi. Begitu pun juga dengan seorang coach dalam suatu perusahaan, ia harus mampu berperan untuk mengarahkan bawahannya agar bekerja lebih optimal dan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.

Dalam suatu perusahaan, seorang pemimpin berperan sebagai seorang pelatih (coach) yang mana ia harus dapat meng coaching anak buah nya agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki untuk bertindak seoptimal mungkin hingga tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Peterson dan Hicks (2012), coaching adalah membekali orang dengan peralatan, pengetahuan dan kesempatan yang mereka perlukan untuk mengembangkan dirinya dan untuk menjadi lebih efektif.  Selain itu menurut Bresser dan Wilson dalam Kaswan menjelaskan bahwa coaching merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya, membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.  Sedangkan menurut Stones (2007) coaching adalah proses dimana individu mendapatkan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan diri secara professional dan menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

Selanjutnya menurut Whitmore (2008), coaching adalah pembinaan yang membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri, yang membantu mereka untuk belajar dari pada mengajar mereka.  Hal ini diperkuat oleh Jaques dan Clement (1994), yang menyatakan bahwa coaching adalah percakapan terstruktur yang menggunakan informasi tentang kinerja yang nyata antara seseorang atasan dengan seorang individu (atau tim) yang menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.

 Siapakah coach yang paling baik bagi suatu perusahaan, hal ini sama dengan suatu kesebelasan dimana seorang coach (pelatih) dapat diambil dari luar kesebelasan tersebut. Namun bagi suatu perusahaan seorang coach akan lebih baik jika diambil dari dalam organisasi tersebut, bukan hanya berasal dari luar organsiasi tersebut karena seorang coach yang diambil dari dalam organisasi secara internal diharapkan dia lebih mengetahui sistem dan budaya organisasi yang telah ada serta dia mengetahui potensi-potensi yang dimiliki oleh sumberdaya internal organisasi tersebut. 

Aktifitas coaching memiliki berbagai manfaat bagi organisasi maupun individu yang ada didalamnya. Bagi organisasi, akan memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas dan kehandalan dibidangnya masing-masing. Adapun bagi individu (yang di coaching) yang bersangkutan akan mengetahui potensi yang ia miliki, mengetahui tujuan dan target yang harus ia lakukan serta mampu mengoptimalkan potensi yang ada untuk mencapai tujuan tersebut (organisasi).

Seorang pemimpin yang ia pun adalah seorang coach dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut dalam memberikan coaching kepada anak buahnya :
1. Memberi feed back positif kepada anak buahnya atas potensi yang mereka miliki dan keahlian yang dapat mereka andalkan;
2. Memberi feed back negatif kepada anak buahnya jika masih ada beberapa hal kekurangan yang dimiliki oleh anak buahnya;
3. Memastikan anak buahnya bisa memahami keunggulan dan kekurangan yang mereka miliki;
4. Menjelaskan harapan dan tujuan organisasi kepada anak buahnya secara jelas; 
5. Mendorong pemanfaataan potensi dan sumberdaya yang dalam dalam pencapaian kesuksesan organisasi;
6. Mengevaluasi kinerja dan pencapaian tujuan yang telah di capai anak buahnya.

Jadilah seorang pemimpin sekaligus menjadi coach yang baik dalam organisasi sehingga mampu membawa organisasi dalam kesuksesannya.

Salam Produktifitas, Professionalism On Hand !!

Dr. Ervin Widodo
Executive Director PT. Proven Force Indonesia
Executive Director ICED Institute
Sumber:
​Koran Tempo, 25 Juli 2018, hal 15.
Comments

    Up coming Events

    Latest News

    Categories

    All

    RSS Feed

Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia
  • Home
  • About
  • Services
  • News
  • Contact